Jakarta, CNBC Indonesia – Penyakit cacar monyet telah menjadi kekhawatiran baru di tengah masyarakat Indonesia. Apalagi, laporan Kementerian Kesehatan memprediksi akan ada kenaikan kasus positif yang signifikan hingga akhir tahun mendatang.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Maxi Rein Rondonuwu, menyebut bahwa biang kerok di balik tren kenaikan penyakit cacar monyet di Tanah Air adalah mobilitas yang sudah kembali normal setelah pandemi berakhir.
Perlu diketahui, menurut laporan Kemenkes, seluruh pasien cacar monyet di Indonesia adalah laki-laki yang memiliki riwayat hubungan seksual sesama jenis.
“Tahun lalu masih Covid…, mungkin kelompok itu belum pada ketemu, masih jarang,” ujar dr Maxi, dalam konferensi pers daring, Kamis (26/10/2023).
Gejala khas cacar monyet
Hingga 25 Oktober 2023,Kemenkes menemukan 14 kasus terkonfirmasi cacar monyet. Semua pasien adalah laki-laki yang tertular virus monkeypox lewat kontak seksual.
Mereka mengalami gejala khas cacar monyet berupa lesi di kulit disertai dengan demam. Namun, ada juga pasien yang mengalami gejala mirip radang amandel, yaitu berupa sulit menelan dan nyeri tenggorokan.
Berikut adalah gejala yang dialami pasien cacar monyet di Indonesia menurut pemantauan Kemenkes:
- lesi
- demam
- pembengkakan kelenjar getah bening
- ruam
- nyeri otot
- nyeri tenggorokan
- sulit menelan
- menggigil
- nyeri pada genital
- kelelahan
- batuk
- nyeri punggung
- mual
- mata nyeri
- diare
Vaksin cacar monyet
Untuk mencegah berkembangnya penyakit cacar monyet, Kementerian Kesehatan mulai memberikan vaksin secara gratis kepada masyarakat Indonesia.
Meski demikian, karena jumlah vaksin yang terbatas, untuk saat ini vaksin diberikan untuk kelompok prioritas yang memiliki risiko tinggi, yaitu lelaki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki serta pengidap HIV/Aids.
Vaksin juga masih diprioritaskan untuk diberikan pada kelompok berisiko di Jakarta karena menurut jumlah kasus terkonfirmasi didominasi di Jakarta.
Sumber: CNBC