Jakarta, CNBC Indonesia – Para pekerja di Asia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk “pekerjaan yang berkinerja” dengan kata lain lebih berfokus pada tampil sibuk daripada melakukan pekerjaan yang nyata dan produktif.
Hal ini diungkapkan oleh hasul survei global terbaru dari anak perusahaan Salesforce Slack dan firma riset Qualtrics, yang menarik data dari lebih dari 18.000 pekerja termasuk eksekutif.
Untuk diketahui, pekerjaan performatif julukannya dalam hasil riset tersebut. Ini mencakup di mana pekerja menghabiskan banyak waktu dalam rapat dan di dalamnya tim menunjukkan pencapaian’ daripada membuat keputusan atau menangani masalah.
Menariknya, hasil survei menemukan bahwa karyawan dari India sebesar 43% lebih senang dengan pekerjaan seperti hal tersebut. Kemudian ada juga Jepang sebesar 37% dan Singapura sebesar 36% dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk pekerjaan semacam itu. Persentasenya lebih tinggi daripada rata-rata global yakni sebesar 32%.
Berikut rincian lengkap hasil survey di mana pekerja lebih senang ‘pura-pura’ bekerja. Ada Indonesia?
Menurut Laney, fokus karyawan untuk terlihat sibuk ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh cara para pemimpin mengukur produktivitas yang terlihat daripada berfokus pada pencapaian hasil.
“Keterputusan ini menyebabkan usaha yang sia-sia di mana karyawan berusaha tampil baik di depan pimpinan mereka.” Ungkapnya dalam laporan tersebut.
Dalam laporan tersebut, karyawan pada gilirannya mungkin merasa tertekan untuk bekerja lebih lama, segera menanggapi email, atau duduk di setiap rapat. Misalnya 44% karyawan Singapura (tertinggi secara global) ini mayoritas mengatakan bahwa produktivitas mereka dipengaruhi oleh menghabiskan “terlalu banyak waktu” dalam rapat dan email.
Selain itu, Slack menemukan bahwa 63% responden survei berusaha untuk menjaga status mereka tetap aktif online, meskipun mereka sedang tidak bekerja.
Sumber: CNBC