Jakarta, CNBC Indonesia – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa India telah menjadi negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia, melampaui China. Namun, hal tersebut tidak diikuti dengan kemampuan tenaga kerjanya.
Dilansir dari atlanticcouncil.org, hal tersebut terjadi karena pertumbuhan China dan kebijakan keluarga berencananya telah memperlambat pertumbuhan populasinya bahkan mendekati nol dalam beberapa waktu terakhir.
Foto: Estimation Population Source: United Nations |
Perkiraan dan proyeksi terbaru mengenai populasi global dari PBB menunjukkan bahwa China akan segera melepaskan statusnya yang telah lama dipegang sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Pada bulan April 2023, jumlah penduduk India diperkirakan akan mencapai 1.425.775.850 jiwa, menyamai dan kemudian melampaui jumlah penduduk daratan China.
Populasi India hampir pasti akan terus bertambah selama beberapa dekade. Sebaliknya, populasi China mencapai puncaknya baru-baru ini dan mengalami penurunan pada tahun 2022. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah populasi China akan terus menurun dan dapat turun di bawah 1 miliar sebelum akhir abad ini.
Dilansir dari CNBC International, India mempunyai populasi terbesar di dunia, partisipasi angkatan kerjanya hanya sebesar 51%, tertinggal dari China sebesar 25 poin persentase, namun proyeksi Oxford melaporkan pekan lalu bahwa angkatan kerja India akan tetap lebih rendah dibandingkan China hingga akhir tahun 2040-an.
Menurut firma penasihat ekonomi tersebut, India harus mencapai tingkat partisipasi lebih dari 70% untuk mencapai jumlah angkatan kerja yang sama dengan China pada tahun 2030.
Meskipun sebagian besar penduduk India berada dalam usia kerja, mereka yang berusia antara 15 dan 64 tahun hanya menyumbang 51% dari angkatan kerja di negara tersebut, dibandingkan dengan 76% di China.
Pekerjaan perempuan di India masih jauh lebih rendah dibandingkan di China.
Meskipun angkatan kerja perempuan di China berjumlah 71%, perempuan hanya mencakup 25% dari angkatan kerja India. Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan negara-negara miskin seperti Pakistan (26%) dan Bangladesh (40%), menurut laporan Oxford Economics.
Pendidikan & kesehatan masih tertinggal
Bukan hanya rendahnya tingkat tenaga kerja di India yang menimbulkan masalah, produktivitas tenaga kerjanya juga merupakan tantangan lain.
Oxford Economics mengaitkan hal ini dengan kurangnya standar pendidikan dan layanan kesehatan yang layak di negara tersebut.
“Rata-rata tingkat sumber daya manusia di India, yang menentukan produktivitas angkatan kerjanya dan ditentukan oleh berbagai hasil pendidikan dan kesehatan, saat ini juga berada di peringkat belakang China dan sebagian besar negara-negara tetangganya di kawasan,” kata laporan itu.
Data dari Forum Ekonomi Dunia menunjukkan bahwa tingkat melek huruf India pada tahun 2018 mencapai 74%, tertinggal dari China sebesar 97%.
Meski bukan angka yang mengkhawatirkan, kualitas pendidikan di negara ini masih lemah.
Gangguan pembelajaran selama pandemi memperlambat kemampuan membaca dan berhitung banyak siswa di pedesaan India, menurut sebuah penelitian dari organisasi non-pemerintah, Pratham.
Mengenai standar kesehatan, angka harapan hidup saat lahir di India mencapai 70,9 tahun pada tahun 2019, sementara di China adalah 77,7 tahun, menurut laporan Oxford. Laporan tersebut menyoroti bahwa hanya ada 7,3 dokter per 10.000 orang di India, dibandingkan dengan 23,9 dokter per 10.000 orang di China.
Lebih lanjut, belanja pendidikan saat ini hanya berjumlah 2,9% dari PDB India, tertinggal dari target pemerintah sebesar 6% pada tahun 2020. Dan meskipun pengeluaran pemerintah untuk layanan kesehatan telah meningkat menjadi 2,1% dari PDB tahun ini, belanja tersebut masih lebih rendah dibandingkan banyak negara lain.
Sumber: CNBC