TRIBUNNEWS.COM – Berikut ini kumpulan fakta soal semburan lumpur yang terjadi di kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Amaliyah di Desa Wajok Hilir, Kecamatan Jongkat, Mempawah, Kalimantan Barat, Senin (8/5/2023).
Semburan lumpur tersebut pun merusak atap dan jendela bangunan yang berada di dekat titik semburan.
Video semburan tersebut juga beredar di media sosial.
Kapolsek Jongkat, Ipda Fadhila Nugrah Sakti juga mengonfirmasi hal tersebut.
“Benar, kejadiannya tadi siang muncul semburan lumpur di kawasan Pontren Nurul Alamiyah Desa Wajok Hilir, yang disebabkan oleh pengeboran untuk mencari sumber mata air bersih,” terang Kapolsek.
Kepala Desa Wajok Hilir, Abdul Majid menjelaskan keluarnya semburan lumpur tersebut ketika dilaksanakan pengerjaan pengeboran untuk air bersih di kawasan Pontren.https://www.youtube.com/embed/RnWqoU1aHOo
“Awalnya tadi infonya ada pengerjaan proyek pengeboran pipa air bersih di kawasan Pondok, setelah itu tiba-tiba keluar semburan lumpur tersebut,” jela Majid.
Majid menyebut, atas kejadian tersebut ada sebagian gedung yang rusak karena hantaman semburan lumpur.
Berikut rangkuman fakta-fakta soal semburan lumpur di Mempawah:
1. Menyembur saat Buat Sumur Bor
Lumpur itu menyembur saat pihak pondok pesantren membuat sumur bor sedalam 40 meter di belakang ruang laboratorium.
Amin (14) satu di antara santri mengatakan saat kejadian, dirinya bersama santri lain sedang istirahat, dan ketika itu, cuaca sedang hujan deras.
Lalu, tiba-tiba saja ia dan para santri lain yang berada di asrama merasakan goncangan menyerupai Gempa.
“Pas tadi nyembur itu sempat juga terasa goncangan, kayak gempa,” ungkapnya.
Kemudian, ia mengetahui bahwa terjadi semburan Lumpur dibagian belakang laboratorium pondok. Ia bersama santri lain pun bergegas ke laboratorium untuk membantu mengeluarkan berbagai barang dari ruangan agar tidak rusak terkena semburan Lumpur.
Akibat semburan lumpur itu, terdapat lubang besar dengan kedalaman 2 meter dan diameter sekira 5 meter. Selain itu, Lumpur pun menyebar ke halaman laboratorium.
Baca juga: Semburan Lumpur Hebohkan Warga Mempawah Kalimantan Barat, Rusak Jendela hingga Atap
2. Bukan Pertama Kali
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Alamiyah, KH Husnan Bin Nur Alam, menyampaikan bahwa semburan lumpur seperti ini bukanlah pertama kali terjadi di wilayah Pondok Pesantrennya. Pondok Pesantren tersebut ia bangun pada tahun 1994. Setelah beberapa tahun membangun pondok, pihaknya kekurangan air bersih, lalu pada tahun 2003 pihaknya mencoba membuat sumur bor.
Pengeboran pertama di dalam kawasan pondok, namun setelah 100 meter pengeboran, tidak didapati sumber air. Lalu, pengeboran sumber air dipindahkan ke depan bangunan pondok, tepatnya di depan pagar.
Masih ingat dibenaknya dengan jelas, saat itu hari Kamis, malam Jumat, sekitar pukul 21.00 pengeboran dilakukan. Pada pukul 22.00, pengeboran telah mencapai 40 meter, dan saat itu terjadi ledakan dan Lumpur menyembur keluar selama satu hari satu malam.
“Pukul sepuluh malam, pas 40 meter meledak, itu satu hari satu malam keluar,” ungkapnya.
Kemudian, pada tahun 2006, dari pemerintah Kabupaten Mempawah (saat itu Kabupaten Pontianak, red) melakukan pengeboran ke dalam tanah di kawasan Pesantren untuk melihat kandungan gas di dalam tanah.
“Setelah itu di bor, sudah 40 meter, yang mengebor ketakutan. Saat itu, yang ngebor sempat bilang, Pak Kiai minta doanya, takut katanya,” tutur KH Husnan.
“Sudah masuk 40 meter, karena saat itu mau Iduladha, yang mengebor pulang, tidak dilanjutkan dulu, jam 22.00 meledak lagi,” tambahnya.
Setelah sekian tahun, sebelum bulan Ramadhan tahun ini, ada pihak ketiga yang menawarkan untuk pembangunan sumur bor kepada pihak pondok.
“Karena kami kekurangan air bersih, dua hari saja tidak hujan kami kekurangan, jadi saya terima. Tadi pagi ditelepon, ada yang mau mengerjakan sumur bor, jadi saya arahkan di belakang Lab karena di situ juga ada sumurnya, karena itukan jarak jauh dari posisi yang dulu adalah 100 meter lebih,” ujarnya.
Lalu, saat proses pengerjaan dengan kedalaman 40 meter kembali terjadi semburan Lumpur, dimana saat kejadian dirinya sedang berada di luar pondok. Saat itu dirinya langsung kembali ke pondok.
“Syukur alhamdulillah satu jam berhenti semburan lumpurnya, kalau tidak habis bangunannya,” tuturnya.
3. Rugi Rp500 juta
Akibat semburan lumpur ini, ia memperkirakan kerugian hingga Rp 500 juta. Sebab bangunan laboratorium yang rusak diperkirakan tidak dapat digunakan kembali karena rawan roboh.
4. Bangunan Laboratorium Rawan
Terpisah, Tim Relawan Rumah Zakat Pontianak, Midun, mengatakan akibat semburan lumpur bangunan laboratorium rawan untuk jadikan tempat tinggal.
“Lubang berukuran sekitar 5-6 meter tepat berada di bagian bawah bangunan tepatnya bagian belakang. Jadi menurut saya rawan untuk di jadikan tempat tinggal, karena mengalami sedikit kemiringan dan juga takutnya tiba-tiba terjadi lagi semburan itu,” katanya.
Ia menambahkan saat kejadian semburan Lumpur itu menimbulkan suara seperti ledakan yang cukup besar dan membuat para penghuni pondok pesantren yang juga dikenal sebagai Kyai Kembar ini terkejut.
“Banyak juga barang -barang terkena lumpur, seperti barang elektronik, beras, kasur, tapi bersyukur tidak ada korban jiwa, tapi kejadian ini cukup membuat panik para santri,” ungkap Midun.
Midun menuturkan saat ini lokasi sudah diberikan garis pembatas polisi (police line).
5. Selamatkan Diri
Yudo Dwi Hariadi, Penanggungjawab lapangan tim Solusi Air Borneo, pihak menyampaikan bahwa sumur bor yang akan dibuat di pondok merupakan program wakaf sumur bor pihaknya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya telah membuatkan sumur bor di 54 pondok di Pontianak dan Kubu Raya. Dari jumlah tersebut tidak ada satupun yang terjadi semburan Lumpur.
Yudo menjelaskan, sebelum melakukan pengeboran hari ini, pihaknya telah melakukan survei lokasi dan sebagainya. Namun tidak ada yang menginformasikan di bawah tanah kawasan ini diduga terdapat gas metan.
Barulah, setelah terjadi semburan, ada yang menginformasikan diduga terdapat kandungan gas metan di bawah tanah kawasan tersebut yang membuatnya terjadi semburan.
“Ini pertama kali kami ke Mempawah, dan tidak pernah kejadian. Sebelumnya belum pernah dengar kalau ada gas metan nya di bawah tanah. Setelah kejadian ini baru kita tahu, kalau ada gas metannya. Sebelum kami datang sudah tanya-tanya, survei segala macam, langsung kami lanjutkan ke pengerjaan,” katanya.
Yudo menjelaskan proses pembuatan sumur bor di lokasi tersebut menggunakan pipa biasa berukuran 3/4 dengan cara manual, tidak menggunakan mesin drilling, dengan 4 pekerja.
Saat awal proses pengerjaan, semua berjalan normal. Lalu, saat kedalaman 40 meter, pasir dari dalam tanah naik ke atas mendorong media yang ada di atas, kemudian terdapat semburan gas berbau menyengat, tidak lama terjadilah semburan lumpur.
“Semburannya tidak langsung, perlahan, awalnya kecil lalu membesar, saat mulai membesar kita menyelamatkan diri semua,” jelasnya.
6. Diduga Ada Kandungan Gas Metan
Yudo Dwi Hariadi, Penanggung jawab lapangan tim Solusi Air Borneo sekaligus pihak yang membuat sumur bor di Pondok menyampaikan bahwa sumur bor yang akan dibuat di Pondok merupakan program wakaf sumur bor pihaknya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya telah membuatkan sumur bor di 54 Pondok di Pontianak dan Kubu Raya, dari jumlah tersebut tidak ada satupun yang terjadi semburan lumpur.
Yudo menjelaskan, sebelum melakukan pengeboran hari ini, pihaknya telah melakukan survei lokasi dan sebagainya.
Namun tidak ada yang menginformasikan dibawah tanah kawasan ini diduga terdapat gas metan.
Barulah, setelah terjadi semburan, ada yang menginformasikan diduga terdapat kandungan gas metan dibawah tanah kawasan tersebut yang membuatnya terjadi semburan.
Sumber: Tribun News