POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO – Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) memutuskan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi / KTT ASEAN Summit 2023 dilaksanakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, (NTT).
Hal ini sebagai bentuk dukungan pemerintah untuk memulihkan industri pariwisata di Indonesia Timur pasca diterpa pandemi Covid-19.
Strategi ini pun sama seperti yang dilakukan pemerintah untuk pemulihan pariwisata di Bali. Menjadikan Bali sebagai lokasi utama kegiatan konferensi di Pulau Dewata. Sehingga banyak wisatawan yang berdatangan.
“Seperti Bali, dalam kondisi sulit Bapak Presiden menghadiahkan KTT G20, jadi Bali tumbuh. Nah Labuan Bajo juga, makanya didorong lagi ASEAN Summit di Labuan Bajo,” imbuhnya.
Erick menuturkan dengan dijadikan Labuan Bajo sebagai lokasi kegiatan KTT ASEAN Summit, maka akan ada banyak persiapan perbaikan infrastruktur. Misalnya mempercantik bandar udara, pelabuhan sampai lokasi penginapan.
“Jangan sampai kita bangun tujuan wisata baru tapi BBM enggak ada. Kita dorong dermaga hotel tapi jangan BUMN terus, saya harapkan dari pihak swasta buat dorong investasi,” pungkasnya.
Tokoh masyarakat dan tokoh agama di Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat mengharapkan penetapanan wilayah Golo Mori sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tana Mori sebagai lokasi KTT ASEAN Summit 2023 mampu meningkatkan pendapatan ekomomi masyarakat lokal.
Masyarakat Golo Mori tidak ingin menjadi penonton ditengah pengembangan sektor pariwisata di wilayah yang mulai berkembang pesat.
Tokoh Agama Desa Golo Mori, Abdul Hadip Muksim mengharapkan, pembangunan industri pariwisata seperti hotel berbintang dan restoran di kawasan KEK Tana Mori di Pesisir Golo Mori dapat mengancam nelayan di Golo Mori. Dirinya mengharapkan ruang bagi nelayan untuk menangkap ikan di wilayah itu tidak ditutup.
Ia mengaku, hampir 100 persen masyarakat di Desa Golo Mori berprofesi sebagai petani dan nelayan. Nelayan di Golo Mori selama ini menangkap ikan di perairan laut dekat dengan Kawasan KEK Pariwisata Tana Mori. Sedangkan petani mengarap sawah tadah hujan.
“Jangan sampai kehadiran pembangunan hotel megah di Desa Golo Mori mengancam nelayan. Kami mengharapkan agar kapal milik nelayan di Desa Golo Mori tetap parkir di pinggir pantai. Kami tidak ingin nelayan kami tidak menangkap ikan lagi karena adanya hotel berbintang,” kata dia, Senin 16 Januari 2023.
Ia menekankan, proses pembangunan pariwisata harus layak secara ekonomi, dilaksanakan secara efesien untuk dapat memberikan nilai manfaat ekonomi yang berarti baik bagi pembangunan daerah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal di Desa Golo Mori.
“Harus memprioritaskan tenaga kerja lokal asal Desa Golo Mori untuk bekerja di hotel.Serta kebutuhan sayur dan ikan untuk kebutuhan hotel di kawasan KEK Pariwisata Tana Mori harus dibeli dari nelayan dan petani asal Desa Golo Mori,” pintanya. (Uka)
Source: Kupang.tribunnews